RMOLBANTEN. Partai Rekonstruksi Timor (CNRT) yang didirikan oleh mantan Presiden Xanana Gusmao keluar dari Aliansi Mayoritas Perubahan ke Kemajuan atau Aliansa Mudansa ba Progresu (AMP) Keluarnya CNRT karena perseteruan antar partai politik di Timor Leste.
Dengan keluarnya CNRT, maka pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Taur Matan Ruak hanya menyisakan Partai Pembebasan nasional (PLP) dan Partai Khunto.
“Untuk mengumumkan kepada publik bahwa partai CNRT memutuskan keluar dari pemerintah dan meminta kepada anggota pemerintah yang dari partai CNRT untuk segera mengundurkan diri,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal Partai CNRT, Jacinto Rigoberto de Deus dalam konferensi pers di Kantor Partai CNRT di bairro Grillos-Dilli, Senin (11/5).
Wakil Ketua Partai CNRT, Virgilio Smith menjelaskan, sesuai dengan rapat pada 20 April, CNRT akan keluar dari aliansi.
“CNRT sudah tidak ambil bagian di pemerintahan ke delapan ini. Sekarang hanya PLP dan Khunto yang masih tetap di pemerintahan dengan total 13 suara di parlemen yang tidak mewakili mayoritas,” ujarnya seperti dilansir The Oekusi Post.
Keputusan CNRT untuk keluar dari AMP sendiri dilakukan setelah Matan Ruak mengajukan daftar anggota pemerintahan baru dari parpol oposisi.
Dalam pemilu 2017, meski menang, Fretelin tidak mendapatkan suara mayoritas di parlemen nasional.
Namun, Presiden Francisco Guterres Lu Olo akhirnya melantik Sekjen Partai Fretelin, Mari Bin Amude Alkatiri menjadi perdana menteri.
Karena tidak mendapatkan suara mayoritas, maka program pemerintahan Alkatiri diblokir, parlemen dibubarkan, dan pemilu ulang dilaksanakan pada Mei 2018.
Pada pemilu ulang, AMP terbentuk, Taur Matan Ruak terpilih menjadi Perdana Menteri Timor Leste. Namun Fretelin menolak melantik 7 orang anggota kabinet dari CNRT dan 2 dari Khunto.
Sebagai Ketua PLP, Matan Ruak menjalankan pemerintahan dengan struktur pemerintahan yang tidak lengkap.
Hingga akhir tahun 2019, CNRT meminta Matan Ruak untuk melengkapi struktur pemerintahan, namun hingga saat ini proposal tersebut tidak ditanggapi.
Karena proposal tersebut tidak juga diindahkan oleh Matan Ruak, maka CNRT menyatakan abstain pada pemungutan suara 17 Januari 2020 untuk anggaran belanja negara 2020.
Setelah anggaran negara tidak lolos di parlemen, Matan Ruak memasukan surat pengunduran diri ke presiden. Namun setelah 40 hari, presiden tidak juga mengambil sikap hingga pada 8 April, Matan Ruak menarik kembali surat tersebut.
Geram karena presiden tidak juga mengambil keputusan, 19 parlemen akhirnya mengajukan petisi melawan presiden pada 5 Mei lalu, yang diikuti dengan pengunduran diri CNRT dari pemerintahan pada hari ini. [dzk] https://www.rmolbanten.com/read/2020/05/11/16998/Politik-Timor-Leste-Bergejolak,-CNRT-Keluar-Dari-Koalisi-